TEMA : KUALITAS DAN KUANTITAS PELAYANAN PUSKESMAS
Latar Belakang Masalah
Puskesmas merupakan unit pelaksana teknis kesehatan
di bawah supervisi Dinas Kesehatan Kabupaten atau Kota. Puskesmas merupakan salah satu pelayanan
kesehatan masyarakat yang mempunyai
tugas pokok memberikan pembinaan kesehatan masyarakat dan pelayanan kesehatan
dasar. Saat ini distribusi Puskesmas dan Puskesmas Pembantu sebagai ujung
tombak pelayanan kesehatan dasar telah lebih merata.
Dalam
Sistem Kesehatan Nasional disebutkan bahwa tujuan pembangunan kesehatan adalah
tercapainya kemampuan hidup sehat bagi setiap penduduk agar terwujud derajat
kesehatn yang optimal sebagai salah satu unsur kesejahteraan umum, Secara umum,
mereka harus memberikan pelayanan terbaik melalui upaya kesehatan perorangan
(UKP) atau upaya kesehatan masyarakat (UKM). Puskesmas dapat memberikan
pelayanan rawat inap selain pelayanan rawat jalan. Hal ini disepakati oleh
puskesmas dan dinas kesehatan yang bersangkutan.
Untuk menjamin kualitas pelayanan,
Puskesmas wajib melaksanakan Sistem Pencatatan dan Pelaporan Terpadu Puskesmas
(SP2TP). Melalui SP2TP, Puskesmas diwajibkan mengumpulkan data transaksi
pelayanan baik pelayanan UKP maupun UKM secara rutin. Melalui berbagai program
yang terselenggara, mereka diwajibkan membuat laporan bulanan ke dinas
kesehatan melalui format LB1 (laporan bulanan 1) yang berisi morbiditas
penyakit, LB2 yang berisi laporan pencatatan dan penggunaan obat, LB3 dan LB4
yang lebih banyak memuat tentang program puskesmas. Dalam rangka mencapai tujuan tersebut dilakukan upaya
kesehatan yang menyeluruh, terpadu dan merata yang dapat diterima dan
terjangkau oleh seluruh masyarakat dengan peran serta aktif masyarakat.
BAB I
PENDAHULUAN
I. Latar Belakang Masalah
1.1 Fenomena
“Analisa Hubungan Antara Koperasi Simpan Pinjam (KSP) Dan Koperasi Kredit (KOPDIT)”
1.2 Riset Terdahulu
Menurut
Peraturan Pemerintah Nomor 9 Tahun 1995 tentang Pelaksanaan Kegiatan
Usaha Simpan Pinjam, kegiatan usaha simpan pinjam adalah kegiatan yang
dilakukan untuk menghimpun dana dan menyalurkannya melalui kegiatan
usaha simpan pinjam dari dan untuk anggota koperasi yang bersangkutan,
calon anggota koperasi yang bersangkutan, koperasi lain dan atau
anggotanya.
Terdapat dua bentuk Koperasi Simpan Pinjam yang dikembangkan
Oleh
Kementerian Negara Koperasi dan UKM yaitu : (1) Koperasi Simpan Pinjam
disebut KSP yang melaksanakan kegiatan usahanya hanya usaha simpan
pinjam, dan (2) Unit Simpan Pinjam disebut USP adalah unit usaha yang
dibentuk dalam suatu koperasi sebagai bagian dari kegiatan usaha
koperasi melakukan kegiatan usaha simpan pinjam (PP No. 9 Thn 1995).
Dalam
perkembangannya KSP di duga banyak yang menyimpang dari jatidiri
koperasi karena kurang mampu mengimplementasikan prinsip dasar koperasi
sebagai pedoman pelaksanaan operasional dibanding dengan Kopdit. Selain
implementasi jati diri KSP juga diduga banyak memanfaatkan bantuan modal
dari Pemerintah. Kondisi ini mempengaruhi independensi atau kemadirian
KSP untuk memobilisasi permodalan dari anggotanya, sedangkan Kopdit
mampu memobilisasi modal dari anggota dan dimanfaatkan untuk anggota.
Kegiatan ini berpengaruh terhadap tingkat pelayanan Kopdit/KSP.
1.3 Motivasi Penelitian
Berdasarkan
riset terdahulu maka penelitian ini tentang Analisa Hubungan Antara
Koperasi Simpan Pinjam (KSP) dan Koperasi Kredit (KOPDIT).
II. Perumusan Masalah
Berdasarkan
motivai penelitian maka Perumusan masalah adalah analisis perbedaan
antara Koperasi Simpan Pinjam (KSP) dan Koperasi Kredit (KOPDIT).
III. Masalah
Dari penjelasan di atas, masalah yang akan diamati dalam kajian ini adalah :
1. Sejauhmana perbedaan antara KSP dengan KOPDIT dalam melaksanakan prinsip koperasi?
2. Sejauhmana pengelolaan KSP dan KOPDIT dalam permodalan?
3. Bagaimana pelayanan KSP dan KOPDIT terhadap anggota?
IV. Tujuan
1. Untuk mengetahui perbedaan antara Koperasi Simpan Pinjam (KSP) dan Koperasi Kredit (KOPDIT).
2. Untuk mengetahui bagaiman pengelolaan KSP dan KOPDIT dalam permodalan
3. Untuk mengetahui bagaimana pelayanan KSP dan KOPDIT terhadap anggota dan masyyarakat.
V. Daftar Pustaka
2. Peraturan pemerintah nomor 9 Tahun 1995 tentang Pelaksanaan Kegiatan Usaha Simpan Pinjam.
BAB II
LANDASAN TEORI
I. Teori Dasar
1.1 Konsep Kepuasan Konsumen
1. Pengertian Kepuasan Konsumen
Menurut
Philip Kotler (1997:36) Kepuasan konsumen adalah perasaan senang atau
kecewa seseorang yang berasal dari perbandingan antara kesannya terhadap
kinerja ( hasil) suatu produk dengan harapannya.
Kotler
menyatakan bahwa kepuasan pelanggan adalah tingkat perasaan seseorang
setelah membandingkan kinerja atau hasil yang ia rasakan dibandingkan
dengan harapannya, sedangkan Wilkie mendefinisikan kepuasan pelanggan
sebagai suatu tanggapan emosial pada evaluasi terhadap pengalaman
konsumsi suatu produk atau jasa. (Tjiptono,1997).
Kepuasan
merupakan tingkat perasaan konsumen yang diperoleh setelah konsumen
melakukan/menikmati sesuatu. Dengan demikian dapat diartikan bahwa
kepuasan konsumen merupakan perbedaan antara yang diharapkan konsumen
(nilai harapan) dengan situasi yang diberikan perusahaan (perguruan
tinggi) di dalam usaha memenuhi harapan konsumen.
2. Macam-macam atau Jenis kepuasan konsumen
Kepuasan konsumen terbagi menjadi 2 :
a. Kepuasan Fungsional, merupakan kepuasan yang diperoleh dari fungsi atau pemakaian suatu produk. Misal : karena makan membuat perut kita menjadi kenyang.
b. Kepuasan Psikologikal, merupakan kepuasan yang diperoleh dari atribut yang bersifat tidak berwujud. Misal : Perasaan bangga karena mendapat pelayanan
yang sangat istimewa dari sebuah rumah makan yang mewah .
3. Pengukuran Kepuasan Konsumen
Menurut
Philip Kotler (1997:38) ada empat metode yang dilakukan oleh perusahaan
untuk mengetahui tingkat kepuasan konsumen yaitu :
a. Sistem keluhan dan saran
a. Sistem keluhan dan saran
Untuk
mengidentifikasikan masalah maka perusahaan harus mengumpulkan
informasi langsung dari konsumen dengan cara menyediakan kotak saran.
Informasi yang terkumpul untuk memberikan masukan bagi perusahaan.
b. Survei kepuasan konsumen
b. Survei kepuasan konsumen
Survei
kepuasan konsumen dapat dilakukan dengan cara survei melalui pos surat,
telephone, maupun wawancara pribadi. Dengan metode ini perusahaan dapat
menciptakan komunikasi 2 arah dan menunjukkan perhatiannya kepada
konsumen.
c. Ghost Shopping
c. Ghost Shopping
Metode
ini digunakan untuk mengetahui kekuatan dan kelemahan perusahaan
pesaing dan membandingkannya dengan perusahaan yang bersangkutan.
d. Analisis kehilangan konsumen
d. Analisis kehilangan konsumen
Tingkat
kehilangan konsumen menunjukkan kegagalan perusahaan dalam memuaskan
konsumennya. Perusahaan seharusnya menganalisa dan memahami mengapa
konsumen tersebut berhenti mengkonsumsi produk kita.
Terdapat
lima dimensi yang dirancang untuk mengukur kualitas pelayanan yang
didasarkan pada perbedaan antara nilai harapan dengan nilai kinerja yang
dirasakan oleh konsumen yaitu : Responsivness, Reliability, Assurance, Emphaty dan Tangibles.
1. Responsive (daya
tanggap / kesigapan) adalah suatu respon / kesigapan karyawan dalam
membantu konsumen dan memberikan pelayanan yang cepat dan tanggap.
2. Reliability (keandalan) adalah suatu kemampuan untuk memberikan jasa yang dijanjikan dengan akurat dan terpercaya.
3. Assurance (jaminan)
adalah kemampuan karyawan atas pengetahuan terhadap produk secara
tepat, kualitas, keramah-tamahan, perkataan atau kesopanan dalam
memberikan pelayanan, keterampilan dalam memberikan informasi dan
kemampuan dalam menanamkan kepercayaan konsumen / pelanggan terhadap
perusahaan.
4. Emphaty (perhatian)
adalah kemampuan perusahaan dalam memberikan perhatian yang bersifat
individual atau pribadi kepada para pelanggan / konsumen.
5. Tangibles (kemampuan
fisik) adalah suatu bentuk penampilan fisik, peralatan personal, media
komunikasi dan hal-hal yang lainnya yang bersifat fisik.
II. Tinjauan Riset Terdahulu
Menurut Sornauli Saragih
; 2009 ; USU Repository 2008, Dalam sistem Kesehatan Nasional
disebutkan bahwa tujuan pembangunan kesehatan adalah tercapainya
kemampuan hidup sehat bagi setiap penduduk agar terwujud derajat
kesehatn yang optimal sebagai salah satu unsure kesejahteraan umum,
Dalam rangka mencapai tujuan tersebut dilakukan upaya kesehatan yang
menyeluruh, terpadu dan merata yang dapat diterima dan terjangkau oleh
seluruh masyarakat dengan peran serta aktif masyarakat. Faktor-faktor
yang mempengaruhi kualitas pelayanan adalah sarana, prasarana, tenaga
kesehatan, pelayanan yang tersedia dan manajerial. Dan faktor yang
mempengaruhi kepuasan pasien adalah kehandalan, daya tangkap, jaminan,
empati dan bukti fisik.
Menurut
Agus Hufron dan Supratman ; 2003. Puskesmas sebagai salah satu
pelayanan kesehatan masyarakat mempunyai tugas pokok memberikan
pembinaan kesehatan masyarakat dan pelayanan kesehatan dasar. Saat ini
distribusi Puskesmas dan Puskesmas Pembantu sebagai ujung tombak
pelayanan kesehatan dasar telah lebih merata. Setiap Puskesmas melayani
30000 – 50000penduduk atau sekurang – kurangnya satu kecamatan mempunyai
satu puskesmas. Untuk memperluas jangkauan kesehatan, setiap puskesmas
dibantu oleh 3 – 4 Puskesmas Pembantu dan satu Puskesmas Keliling
(Depkes RI, 2003). Faktor-faktor yang mempengaruhi kualitas pelayanan
adalah sarana, prasarana, tenaga kesehatan, pelayanan yang tersedia dan
manajerial. Sedangkan faktor yang mempengaruhi kepuasan pasien adalah
kehandalan, daya tanggap, perhatian, keyakinan dan penampilan.
Menurut
Agus Slamet Wiyono dan M. Wahyuddin ; Untuk mengetahui penilaian
konsumen tentang kualitas pelayanan tenaga medis, paramedic dan
penunjang medis, serta kepuasan yang dapat dirsakannya. Hal ini penting
sebagai acuan dalam pembenahan pelayanan agar dapat memberikan kepuasan
optimal. Faktor-faktor yang mempengaruhi kualitas pelayanan adalah kualitas pelayanan medis, kualitas pelayanan paramedis dan kualitas pelayanan penunjang medis.
III. Pengembangan Hipotesis
Visi
pembangunan kesehatan tahun 2010 adalah mewujudkan masyarakat, bangsa,
dan Negara yang sehat, memiliki kemampuan untuk menjngkau pelayanan
kesehatan yang bermutu secara adil dan merata serta memiliki derajat
kesehatan yang setinggi – tingginya di seluruh wilayah Republik
Indonesia. Misi pembangunan kesehatan yaitu melaksanakan upaya promotif,
perventif, kuratif dan rehabilitatif. Upaya tersebut dilaksanakan
disemua tempat pelayanan kesehatan dan Puskesmas sampai rumah sakit,
baik pemerintah maupun swasta (Depkes RI, 2001).
Untuk
mengetahui hubungan kualitas pelayanan (sarana, prasarana, tenaga
kesehatan, pelayanan yang tersedia, manjerial) dan kepuasan pasien.
BAB III
METODELOGI PENELITIAN
Judul : Kualitas Pelayanan Dan Kepuasan Konsumen Di Rumah Sakit Islam Manisrenggo Klaten ; Azis Slamet Wiyono dan M. Wahyuddin ;
I. Data
1.1 Teknik Pengumpulan Data
Data
pasien bulan April 2001 sampai dengan 2005 menunjukan bahwa jumlah
setiap bulannya di Rumah Sakit Islam Manisrenggo Klaten mengalami pasang
surut, kadang-kadang naik atau sebaliknya. Hal ini mengindikasikan
adanya kemungkinan ketidakpuasan pasien dengan pelayanan yang diberikan.
Fakta dan uraian tersebut di atas selanjutnya memotivasi penelitian
tentang pengaruh kualitas pelayanan medis, kualitas pelayanan paramedis,
dan kualitas pelayanan penunjang medis terhadap kepuasan konsumen. Hal
ini penting untuk memperkirakan keinginan dan harapan konsumen agar
pelayanan yang disediakan bisa memberikan kepuasan optimal dan akhirnya
konsumen menjadi loyal.
Pengumpulan
data menggunakan metode angket. Data dikumpulkan dengan cara menyebar
daftar pertanyaan untuk mendapatkan data-data penilaian konsumen tentang
kualitas pelayanan medis, kualitas pelayanan paramedis, kualitas
penunjang medis, dan kepuasan yang dirasakan. Jenis data yang
dikumpulkan termasuk data primer yang diperoleh dari konsumen atau
pasien/keluarga pasien.
II. Eksplorasi Data
2.1 Populasi dan Sampel
Populasi
penelitian ini adalah pelanggan di Rumah Sakit Islam Manisrenggo
Klaten. Konsumen yang dijadikan sample adalah pasien yang menggunakana
jasa rumah sakit tersebut pada minggu terakhir bulan November dan minggu
pertama bulan Desember 2005. Teknik pengambilan sample ditentukan
dengan purposive sampling / sampling bertujuan.
III. Variabel dan Indikator
3.1 Jenis Variabel
1. Variabel bebas : X1( kualitas pelayanan medis), X2 (kualitas pelayanan paramedic, dan X3 (kualitas pelayanan penunjang medis)
2. Variabel terikat : Y (kepuasan konsumen)
3.2 Definisi Operasional
1. Kepuasan
Konsumen adalah perasaan senang atau kecewa yang dialami konsumen
setelah membandingkan antara persepsi kinerja (hasil) suatu produk
dengan harapan-harapannya.
2. Kualitas
pelayanan adalah tingkat keunggulan pelayanan yang dapat memenuhi
keinginan konsumen atau pelanggan yang diberikan oleh tenaga medis,
paramedis dan penunjang medis. Kualitas pelayanan diukur dengan lima
indikator pelayanan (kehandalan, daya tangkap, kepastian, empati dan
bukti fisik).
a. Kehandalan (reiability)
Kemampuan untuk melaksanakan jasa yang dijanjikan dengan tepat terpercaya, dapat diliha dari :
- Proses penerimaan pasien yang cepat dan tepat.
- Pelayanan pemerkasaan, pengobatan cepat dan tepat.
- Jadwal pelayanan dialankan dengan tepat.
- Prosedur pelayanan yang tidak berbelit-belit.
b. Ketanggapan (responsiveness)
Kemampuan untuk membantu pelanggan dan memberikan jasa cepat, dilihat dari :
- Kemampuan petugas untuk cepat tanggap menyelesaikan keluhan pasien.
- Petugas memberikan informasi yang jelas, mudah dimengerti.
- Tindakan cepat pada saat pasien membutuhkan.
c. Keyakinan (assurance)
Pengetahuan, kemampuan, kesopanan pemberi jasa untuk menimbulkan kepercayaan dan keyakinan terlihat dari :
- Pengetahuan dan kmampuan petugas menetapkan problematic pasien.
- Keterampilan petugas dalam bekerja.
- Pelayanan yang sopan dan ramah.
- Jaminan keamanan pelayanan dan kepercayaan terhadap pelayanan.
d. Perhatian (empathy)
Perhatian pribadi yang diberikan kepada pelanggan terlihat dari :
- Memberikan perhatian secara khusus kepada setiap pasien.
- Perhatian terhadap keluhan pasien dan keluarga.
- Pelayanan kepada semua pasien tanpa memandang status sosial.
e. Penampilan (tangible)
Penampilan fisik, peralatan serta personil.
- Kebersihan, kerapian dan kenyamanan ruangan.
- Penataan eksterior dan interior.
- Kelengkapan, kesiapan, dan kebersihan alat-alat yang dipakai.
- Kerapian dan kebersihan petugas.
IV. Model Penelitian
Metode
analisis data yang digunakan adalah uji validitas dan uji reliabilitas
kuesioner. Tahap selanjutnya, data kuesioner dianalisis dengan regresi
berganda melalui uji statistic deskriptif, uji-t. Susunan model
empiriknya :
Keterangan :
V. Hipotesis
H1
: Ada pengaruh signifikan antara kualitas pelayanan medis terhadap
kepuasan konsumen di Rumah Sakit Islam Manisrenggo Klaten.
H2
: Ada pengaruh signifikan antara kualitas pelayanan paramedis
terhadap kepuasan konsumen di Rumah Sakit Islam Manisrenggo Klaten.
H3
: Ada pengaruh signifikan antara kualitas pelayanan penunjang medis
terhadap kepuasan konsumen di Rumah Sakit Islam Manisrenggo Klaten.
. Hasil dan Analisis
Penelitian
yang dilakukan pada minggu terakhir bulan November dan minggu pertama
bulan Desember 2005 berhasil mengumpulkan data dari 100 konsumen,
terdiri dari 70 orang pasien rawat jalan dan 30 orang pasien rawat inap.
Hasil analisis data selengkapnya adalah sbb :
1. Uji Validitas
Hasil
uji kuesioner variable X1,X2,X3 Dan Y menunjukkan semua item memiliki r
hitung lebih dari r table sehingga dinyatakan valid.
2. Uji Relibialitas
Hasil
uji reliabilitas menunjukan semua variabel (X1, X2, X3 dan Y) memiliki
r- alpha lebih besar dri r-tabel sehingga kuesioner yang disusun untuk
variabel-variabel tersebut reliabel.
3. Uji Statistik Deskriptif
Hasil
uji statistik deskriptif menujukan bahwa mean variabel kepuasan
konsumen 19,07 dengan standar deviasi 2,85. Mean variabel kualitas
pelayanan medis 71,98 dengan standar deviasi 12,74. Variable kualitas
pelayanan paramedis memiliki mean 71,94 dengan standar deviasi 12,09 dan
mean untuk kualitas pelayanan penunang medis 70,68 dengan standar
deviasi 11,90.
4. Analisis Regresi Berganda
Analisis
regresi berganda digunakan untuk menguji pengaruh kualitas pelayanan
medis (KLM), kualitas pelayanan paramedis (KLP) dan kualitas pelayanan
penunjang medis (KLJ) terhadap kepuasan komsumen (KK) di Rumah Sakit
Manisrenggo Klaten. Hasil analisis regresi berganda tampak sebagai
berikut :
Hasil analisis regresi berganda menunjukan bahwa kualitas pelayanan
medis memiliki pengararuh signifikan dn positif terhadap kepuasan
konsumen (koefisien 0,05427) dengan tingkat signifikan 7 %. Kualitas uh
signifikan dan positif terhadapa kepuasan konsumen (koefisien sebesar
0,06994) dengan tingkat signifikan 8,8 %. Kualitas pelayan penunjang
medis memiliki pengaruh signifikan dan positif terhadap kepuasan
terhadap konsumen (koefisien 0,06287) dengan tingkat signifikan 8,9 %.
1. Uji T
Uji
T dilakukan berdasarkan tingkat signifikan 10 %. Nilai t-hitung
X1=1,832. Nilai t-hitung X2=1,723. Nilai t-hitung X3=1,719. Nilai
t-tabel pada alfa 10 % = 1,660 terdapat pengaruh signifikan antara
variabel kualitas pelayanan medis, kualitas pelayanan paramedis dan
akitkualitas pelayanan penunjang medis terhadap kepuasan konsumen di
Rumah Sakit Manisrenggo Klaten.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
I. Deskripsi (Gambaran Obyek Penelitian)
Penelitian
yang dilakukan pada minggu terakhir bulan November dan minggu pertama
bulan Desember 2005 berhasil mengumpulkan data dari 100 konsumen,
terdiri dari 70 orang pasien rawat jalan dan 30 orang pasien rawat inap.
II. Hasil Perhitungan
1. Uji Validitas
Hasil
uji kuesioner variable X1,X2,X3 Dan Y menunjukkan semua item memiliki r
hitung lebih dari r table sehingga dinyatakan valid.
2. Uji Relibialitas
Hasil
uji reliabilitas menunjukan semua variabel (X1, X2, X3 dan Y) memiliki
r- alpha lebih besar dri r-tabel sehingga kuesioner yang disusun untuk
variabel-variabel tersebut reliabel.
3. Uji Statistik Deskriptif
Hasil
uji statistik deskriptif menujukan bahwa mean variabel kepuasan
konsumen 19,07 dengan standar deviasi 2,85. Mean variabel kualitas
pelayanan medis 71,98 dengan standar deviasi 12,74. Variable kualitas
pelayanan paramedis memiliki mean 71,94 dengan standar deviasi 12,09 dan
mean untuk kualitas pelayanan penunang medis 70,68 dengan standar
deviasi 11,90.
4. Analisis Regresi Berganda
Analisis
regresi berganda digunakan untuk menguji pengaruh kualitas pelayanan
medis (KLM), kualitas pelayanan paramedis (KLP) dan kualitas pelayanan
penunjang medis (KLJ) terhadap kepuasan komsumen (KK) di Rumah Sakit
Manisrenggo Klaten. Hasil analisis regresi berganda tampak sebagai
berikut :
Hasil analisis regresi berganda menunjukan bahwa kualitas pelayanan medis memiliki pengaruh
signifikan dan positif terhadap kepuasan konsumen (koefisien 0,05427)
dengan tingkat signifikan 7 %. Kualitas pelayanan paramedis memiliki
pengaruh signifikan dan positif terhadap kepuasan konsumen (koefisien
sebesar 0,06994) dengan tingkat signifikan 8,8 %. Kualitas pelayan
penunjang medis memiliki pengaruh signifikan dan positif terhadap
kepuasan terhadap konsumen (koefisien 0,06287) dengan tingkat signifikan
8,9 %.
5. Uji T
Uji
T dilakukan berdasarkan tingkat signifikan 10 %. Nilai t-hitung
X1=1,832. Nilai t-hitung X2=1,723. Nilai t-hitung X3=1,719. Nilai
t-tabel pada alfa 10 % = 1,660 terdapat pengaruh signifikan antara
variabel kualitas pelayanan medis, kualitas pelayanan paramedis dan
akitkualitas pelayanan penunjang medis terhadap kepuasan konsumen di
Rumah Sakit Manisrenggo Klaten.
III. Analisis
Hasil
analisis data menunjukkan semua variabel kulatitas pelayanan secara
signifikan memiliki pengaruh terhadap kepuasan konsumen di Rumah Sakit
Islam Manisrenggo Klaten. Variabel kualitas pelayanan medis memiliki
signifikan terhadap kepuasan dengan tingkat signifikan 7 %. Variabel
kualitas pelayanan paramedis memiliki pengaruh signifikan terhadap
kepuasan konseumen dengan tingkat signifikan 8,8 %. Variabel pelayanan
penunjang medis memiliki pengaruh signifikan terhadap kepuasan konsumen
dengan tingkat signifikan 8,9 %.
Koefisisen
kualias pelayanan medis 0,05427 dan bertanda positif. Artinya jika
kualitas pelayanan medis meningkat 1 skor, maka kepuasan kosnumen akan
meningkat 0,05427 skor. Koefisien kualitas pelayanan paramedis sebesar
0,06994 dan juga bertanda positif. Hal ini berarti kenaikan 1 skor
kualitas pelayanan paramedis akan mengakibatkan kenaikan 0,06994 skor
pada kepuasan konsumen. koefisien kualitas pelayanan penunjang medis
sebesar 0,06287 juga bertanda positif. Berarti kenaikan 1 skor variabel
ini akan mengakibatkan kenaikan 0,06287 skor kepuasan konsumen.
Hasil
analisis data dan pembahasan di atas menunjukkan bahwa tingkat
signifikan 10 % ketiga hipotesis alternatif yang diajukan dalam
penelitian ini dapat diterima. Hasil penelitian ini konsisten dengan
penelitian Hendrajana (2005) yang menyatakan bahwa terdapat pengaruh
signifikan antara berbagai variabel kualitas pelayanan terhadap kepuasan
pelanggan. Hasil penelitian Wahyuddin dan Muryati (2001) dan Susanto
(2001) yang menyatakan bahwa adanya pengaruh signifikan antara variabel
pelayanan terhadap variabel kepuasan konsume sesuai hasil penelitian
ini.
Hasil
penelitian ini juga konsisten dengan penelitian Gunawan (2003) yang
menyatakan bahwa adanya pengaruh signifikan antara beragai dimensi
kualitas pelayanan terhadap kepuasan pelanggan. Hasil penelitian
Muhaemin (2005) yang menyatakan bahwa tidak semua variabel kualitas
peyanan memiliki pengaruh signifikan terhadap kepuasan konsumen.
BAB V
KESIMPULAN
I. Intisari Analisis
Hasil
analisis data menunjukkan semua variabel kulatitas pelayanan secara
signifikan memiliki pengaruh terhadap kepuasan konsumen di Rumah Sakit
Islam Manisrenggo Klaten. Variabel kualitas pelayanan medis memiliki
signifikan terhadap kepuasan dengan tingkat signifikan 7 %. Variabel
kualitas pelayanan paramedis memiliki pengaruh signifikan terhadap
kepuasan konseumen dengan tingkat signifikan 8,8 %. Variabel pelayanan
penunjang medis memiliki pengaruh signifikan terhadap kepuasan konsumen
dengan tingkat signifikan 8,9 %.
Koefisisen
kualias pelayanan medis 0,05427 dan bertanda positif. Artinya jika
kualitas pelayanan medis meningkat 1 skor, maka kepuasan kosnumen akan
meningkat 0,05427 skor. Koefisien kualitas pelayanan paramedis sebesar
0,06994 dan juga bertanda positif. Hal ini berarti kenaikan 1 skor
kualitas pelayanan paramedis akan mengakibatkan kenaikan 0,06994 skor
pada kepuasan konsumen. koefisien kualitas pelayanan penunjang medis
sebesar 0,06287 juga bertanda positif. Berarti kenaikan 1 skor variabel
ini akan mengakibatkan kenaikan 0,06287 skor kepuasan konsumen.
II. Saran dan Rekomendasi
Berdasarkan
hasil analisis dan pembahasan data di atas dapat disimpulkan bahwa
semua variabel kualitas pelayanan memiliki pengaruh signifikan terhadap
kepuasan konsumen Rumah Sakit Islam Manisrenggo Klaten. Variabel
kualitas pelayanan paramedis memiliki pengaruh terbesar kemudian
kualitas kenyamanan penunjang medis dan terkecil kualitas pelayanan
medis.
Saran :
Untuk
itu, Rumah Sakit Islam Manisrenggo Klaten perlu secara rutin mengamati
pelayanannya agar dapat mempertahankan kelebihan-kelebihan yang ada dan
membenahi kekurangan-kekurangannya. Keterlibatan tenaga medis, paramedis
dan penunjang medis dalam melayanani pasien perlu ditingkatkan agar
kepercyaan dan pengaruhnya terhadap kepuasan konsumen meningkat.
Peningkatan kualitas pelayanan paramedis perlu diprioritaskan karena
variable ini memiliki pengaruh terbesar terhadap kepuasan konsumen.
III. Kekurangan/Kelemahan
Kekurangannya
itu pada kualitas pelayanan medis karena kualitas pelayanan medis
adalah persentase terkecil dari ketiga hipotesis diatas. Variabel
kualitas pelayanan medis memiliki signifikan terhadap kepuasan dengan
tingkat signifikan 7 %.
IV. Usulan/Rekomendasi Riset Selanjutnya
Rekomendasi
untuk penelitian berikutnya agar mengkaji variabel lain di luar model
penelitian ini, misalnya kualitas pelayanan nonmedis dan biaya rumah
sakit. Peneli yang akan datang juga disarankan agar menggunakan metode
analisis data yang lebih tepat, misalnya binary logistic.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar